Penulis : Arto Biantoro
Dengan kondisi pandemi seperti sekarang, banyak yang merasa cemas dan kemudian mulai menyalahkan banyak pihak. Ada yang menyalahkan pemerintah, dan ada juga yang menyalahkan diri sendiri karena kita belum siap.
260 juta penduduk kita memang pasar yang menjanjikan bagi seluruh dunia. Sebenarnya kita patut bangga karena kita selalu akan menjadi pembicaraan para kreator bisnis dunia sebagai pasar potensial. Ini kodrat dan amanah bahwa kita besar dan benar memiliki potensi pasar yang menjanjikan.
Kita tidak bisa menutup diri seperti Korea Utara. Melarang semua brand dan bisnis masuk dan menikmatinya untuk diri sendiri. Sangat egois bagi saya. Namun, itu bukan berarti kita membiarkan bisnis dan brand asing masuk negeri ini seenaknya. Tentu ada aturan dan persyaratan. Biarkan itu diatur oleh pemerintah yang kita percaya akan berusaha sebaiknya menjaga kedaulatan kita.
Sejujurnya meskipun kita memiliki potensi yang besar, pasar Indonesia sangatlah unik. Keanekaragaman kita tidaklah memudahkan berbagai bisnis mampu dengan mudah menguasainya. Saya ingat di awal karir saya bekerja untuk sebuah perusahaan minuman ringan nomor satu di dunia yang saat itu ingin menguasai pasar minuman ringan kita. Berbagai ahli juga di datangkan tapi pada akhirnya kami harus mengakui keunggulan brand lokal tersebut.
Almarhum kakak saya juga bekerja di sebuah multinasional kosmetik premium dengan jaringan dunia. Beliau mengatakan tidak mudah untuk masuk ke pasar Indonesia. Pasar premium Indonesia sangat tertutup dan untuk bisa memahaminya perlu menjadi sangat dekat dengan pasar itu
Kehadiran brand dan bisnis asing ini juga seolah berimbas kepada brand dan bisnis lokal kita. Ada riset yang mengatakan bahwa 60% orang Indonesia lebih memilih brand asing daripada brand lokal. Saya tidak bisa menyalahkan karena brand asing yang masuk memang memiliki kualitas dan tampilan yang mungkin lebih baik dibandingkan sebagian brand lokal kita. Tapi kini kita sudah mulai mengerti brand.
Banyak brand lokal dan nasional kita yang berhasil meningkatkan persepsi dan kualitasnya sehingga bisa bersaing dengan brand luar. Jangan lupa, berbagai brand asing kuat yang sering kita sebutkan namanya itu telah ada di Indonesia berpuluh-puluh tahun. Mereka juga jatuh dan bangun sehingga akhirnya berhasil masuk ke pasar kita. Mereka harus menyesuaikan dan memahami pasar kita kalau ingin diterima seperti misalnya, menyediakan nasi dan teh di dalam menu mereka di Indonesia.
Brand yang tutup baik asing maupun lokal jelas terjadi karena dua hal. Pertama, mereka tidak atau belum memahami pasar Indonesia dan kedua, mereka belum cukup konsisten untuk fokus membangunnya. Alhasil modal semakin menipis, manajemen goyah dan infrastruktur pendukung juga tidak kokoh. Jadi modal besar saja tidak cukup.
Memahami pasar adalah kuncinya. Jadi tidak peduli itu brand lokal atau asing, jika tidak memahami pasar maka brand tersebut harus tutup. Di sinilah area yang harus kita pelajari lebih dalam. Brand asing masuk ke pasar kita dengan belajar bertahun- tahun sementara brand lokal kadang tidak mau memahami pasar. Seolah-olah sudah mengenal pasar kita dan langsung melakukan tindakan. Jangan lupa juga, banyak pengusaha kita yang lahir dari kebutuhan tanpa lewat pendidikan kewirausahaan sehingga memang jatuh dan bangun dalam membangun usahanya. Semakin hari semakin banyak pengusaha yang tangguh karena banyak seminar dan pendidikan kewirausahaan yang memberi fondasi bagus sehingga dasar-dasar berwirausahanya semakin baik.
Kehadiran brand asing juga sebenarnya memberi peluang bagi brand lokal kita. Starbuck telah memicu industri kopi kita bangkit. Kini ribuan brand kopi Indonesia tumbuh subur. Pengetahuan bertambah, akses pasar menjadi hidup dan petani kopi memiliki pilihan untuk bekerja sama. Hal yang sama juga terjadi pada KFC yang memicu industri ayam goreng terus bertumbuh.
Berbagai brand lokal mulai dari skala kampung sampai kota tumbuh dan memberi ribuan lapangan pekerjaan. Ini terjadi di semua industri juga. Perhotelan dimana kita punya ribuan butik hotel di seluruh Indonesia. Perusahaan rintisan yang memuji gerakan 1000 startup baru lokal bahkan sekarang industri otomotif listrik.
Saya sangat cinta dengan brand lokal kita. Tapi saya sangat senang banyak brand asing yang masuk ke Indonesia karena itu berarti kita bisa berlomba untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia. Kita punya kesempatan lebih baik sejujurnya. Karena kita sebenarnya mengetahui pasar kita lebih baik dari brand asing jika kita benar-benar peka. Selain itu kita punya jaringan, komunitas dan nilai tradisi yang sama.
Pelaku usaha, pemerintah daerah, perguruan tinggi dan profesional bisa saling mendukung dan bukan sebaliknya. Peran media juga sangat sentral. Mengangkat berita dan cerita positif tentang brand lokal kita juga sangat ampuh membangun persepsi pasar.
Yang terakhir, tidak peduli asing atau lokal, selama mereka peduli pada masyarakat Indonesia dan menghargai bumi Nusantara, mereka akan punya peluang untuk bertahan bahkan menjadi bagian dari kehidupan kita. Biarlah kita menjadi tuan rumah yang terbuka, cerdas dan bermakna bagi seluruh dunia.