SIAPA yang menyangka ide brilian menyediakan ruang kerja bersama untuk perusahaan rintisan ternyata tidak berumur panjang, dalam konteks ini adalah WeWork. Perusahaan yang berkantor di New York City pada 2010 ini, kini sedang bermasalah.
WeWork dikabarkan berpotensi kehabisan uang pada kuartal II pada 2020 dan bisa saja bangkrut setelahnya. Padahal kalau mau menilik lebih jauh, startup paling bernilai di dunia dengan valuasi Rp 658 triliun ini disokong oleh Softbank. SoftBank Corp. adalah sebuah perusahaan telekomunikasi dan media Jepang yang bergerak dalam penyediaan beberapa jasa seperti Internet pita lebar, telekomunikasi seluler, dan keuangan.
Meski kondisi perusahaan di ujung tanduk, investor yang telah lama menanamkan uangnya tentu saja tidak akan tinggal diam. Softbank siap menginjeksi US$1 miliar, setelah sebelumnya berinvestasi US$10 miliar.
Di Asia Tenggara, pada 2017, fenomena industri tumbuh sekitar lima belas persen. Tidak ketinggalan di Indonesia, terutama di kota-kota besar yang mulai kesempitan untuk mencari ruang berkantor. Ada, tetapi sangat mahal, ada namun jauh, ada namun tidak reprentatif, dan segudang alasan lain.
Hal ini senada dengan yang diucapkan Mark Corbett, Co-founder dari Pace Ventures “Co-working space muncul sebagai alternatif dari ruang di gedung perkantoran yang relatif mahal. Kebutuhan atas ruang kerja muncul karena banyak bisnis start-up dan semakin diminatinya freelance job,” katanya pada theguardian.com.
Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan coworking space? ini adalah konsep berbagi ruang perusahaan/organisasi yang berbeda di satu tempat meski latar belakangnya berbeda. Maka tidak heran jika dalam satu ruangan terdapat berbagai individu, komunitas, maupun perusahaan, khususnya start-up. Biasanya terdapat satu ruangan terbuka untuk digunakan bersama dan ruangan-ruangan kecil yang dapat disewa per individu atau per komunitas atau perusahaan. (RH)
(www.businessinsider.in/www.cnbcindonesia.com/voffice.co.id)