Sumber Daya Manusia dan Branding
Salah satu hal yang paling penting dalam branding adalah konsistensi. Strategi yang begitu pandai dan bagus tidak akan berarti bila pelaksanaannya tidak konsisten. Pikirkanlah situasi ini: bila logo sebuah merek selalu berubah, logo yang mereka gunakan tidak akan mengesankan. Karena konsistensi itu begitu penting, maka saat melakukan branding kita harus menerapkan strategi branding kita di semua aspek bisnis; tidak hanya secara eksternal, tetapi juga secara internal. Karena ini, branding dan marketing akan terlibat di segala departemen bisnis. Salah satu departemen yang terlibat adalah HRD atau sumber daya manusia.
Mengapa HRD terlibat dengan branding dan marketing? Seperti yang sudah dijelaskan, konsistensi adalah sesuatu yang sangat penting dalam branding. Untuk menjadi konsisten, kita harus mempertimbangkan segala departemen dalam bisnis. HRD adalah salah satu departemen yang paling penting karena merupakan bagian dari bisnis yang berinteraksi secara langsung dengan klien dan pelanggan kita. Kesan pertama sangatlah penting di dunia bisnis, dan karena sumber daya manusia adalah pertahanan pertama maka kita harus mengerti bagaimana cara memotivasi mereka agar dapat berkerja semaksimal mungkin.
Beberapa artikel lalu telah membicarakan service recovery paradox. Walau SRP berarti kita dapat memulihkan kepercayaan pelanggan kita dalam kegagalan servis, kita juga meliputi biaya dan kerugian yang kita harus keluarkan untuk memulihkan kegagalan tersebut. Yang pasti, cara yang paling efisien adalah mencegah kegagalannya sebelum terjadi, dan seorang karyawan yang termotivasi adalah seseorang yang akan lebih hati – hati dalam pekerjaannya.
Selain itu, bila mereka mempercayai tujuan – tujuan bisnis kita, mereka akan bisa menunjukannya kepada pelanggan. Contohnya adalah bila ada dua toko handphone. Karyawan toko pertama hanya menjual handphone saja; mereka bisa menyebut nama – nama handphone dan spesifikasinya, tetapi lebih dari itu, mereka tidak akan mengerti apa – apa. Sebaliknya, toko kedua memiliki karyawan – karyawan yang sangat mengerti barang yang mereka jual; mereka dapat menjelaskan kelebihan dan kekurangan masing – masing tipe, arti spesifikasi yang tertera di brosur, dan berita – berita terkini mengenai handphone. Selain itu, mereka juga tampak senang berbicara mengenai handphone. Disini, toko mana yang akan lebih banyak pengunjungnya? Yang pasti toko kedua. Alasannya adalah karena karyawan mereka. Selain dilatih dengan baik, mereka termotivasi tujuan toko tersebut yaitu menjual handphone. Karena mereka telah termotivasi, mereka dapat menularkan semangat mereka mengenai handphone.
Tetapi yang harus dimotivasi bukan cuma karyawan yang langsung berinteraksi dengan pelanggan saja, tetapi seluruh karyawan kita; karyawan yang termotivasi juga akan lebih produktif. Bila mereka termotivasi dan mempercayai prinsip – prinsip bisnis kita, mereka tidak akan membuang waktunya bermain – main di Internet atau mencari pekerjaan lain. Daripada itu, mereka mungkin akan mempelajari lebih dalam keterampilan dan kemampuan yang akan membantu mereka dalam mengerjakan tugas. Karyawan yang termotivasi akan bersedia untuk berkerja lebih dari apa yang diminta darinya karena mereka menyukai pekerjaan mereka. Selain itu, bila mereka tidak termotivasi, mereka tidak akan merasa setia kepada bisnis kita dan mungkin akan pindah ke bisnis lain. Bila mereka pindah, kita akan kehilangan seseorang yang telah belajar di bisnis kita dan menerapkannya di bisnis kompetitor kita.
Seperti yang dapat dilihat, banyak sekali alasan untuk memotivasi karyawan kita, baik untuk alasan branding maupun alasan – alasan lain. Sekarang, setelah mengerti kepentingan motivasi karyawan, kita harus pertama mengerti apa itu yang dapat memotivasikan mereka. Untuk memperdalam pengertian itu, pada artikel berikutnya kita akan membahas hierarki kebutuhan Maslow.
Source: