Karena melalui marketplace, pasarnya menjadi lebih luas. Faktor pendistribusian secara online di tengah pandemi Covid-19 mengingatkan para pelaku UMKM agar lebih kreatif dalam memasarkan produknya.
Sebagai salah satu kendaraan bagi UMKM di Indonesia untuk memperluas pasarnya, Presiden Jokowi mematok target transaksi business matching atau temu bisnis yang lebih besar dalam gelaran Brillianpreneur tahun ini.
“Saya tahu di masa pandemi transaksi perdagangan offline turun drastis tapi transaksi online meningkat cukup signifikan. Jangan sampai perdagangan online tersebut didominasi oleh pembelian produk impor,” ujar Pak Jokowi pada sambutan dalam acara Anugerah Bangga Buatan Indonesia Tahun 2020.
Informasi ini beliau utarakan pada gelaran Brillianpreneur setelah mendapatkan informasi dari Pak Luhut Binsar Panjaitan pada diskusi virtual tentang adanya data 20 persen peningkatan impor barang-barang konsumtif. Sedangkan kesepakatan selama ini, platform digital diperuntukkan bagi usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM untuk bangkit pandemi Covid-19.
Pak Luhut pun menuturkan penjualan di platform online naik 8 kaki lipat di masa pandemi. Bahkan, kata dia, jumlah itu akan meningkat jadi 16 kali hingga akhir tahun. Masih dalam data yang sama, sebanyak 20 persen dari peningkatan penjualan di platform digital merupakan produk impor. Barang impor tersebut juga bersifat konsumtif.
“Karena ada data 20 persen peningkatan impor barang-barang konsumtif,” jelas Pak Luhut menambahkan. Hal inilah yang membuat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi langsung diingatkan oleh Presiden melalui sambungan telepon.
Siasat Pelaku UMKM
Pandemi corona memukul semua sektor usaha, tak terkecuali usaha mikro kecil menengah. Mereka terancam bangkrut karena sepinya pesanan dari konsumen. Bahkan tidak sedikit sempat mengalami gulung tikar.
Selain toko yang tidak dapat beroperasi, cukup banyak bahan baku terpaksa tidak dapat diolah. Pandemi Covid-19 membuat para pemilik UMKM mengalami penurunan omset hingga 80%. Kondisi untuk tetap bertahan menjadikan mereka berinovasi membuat produk yang dapat digunakan masyarakat di rumah-rumah.
Mereka kemudian berpikir keras agar usahanya tetap berdiri dan tenaga pekerjanya tetap mendapatkan penghasilan. Para pelaku usaha lantas mencoba untuk mencari ide-ide yang sekiranya bisa dilakukan di rumah dan bisa dikembangkan dari rumah, sehingga nantinya harapannya bisa menghasilkan.
Menjalani bisnis di tengah pandemi memang memiliki beragam tantangan. Tapi selama terus berinovasi akan ada peluang agar bisnis tetap berjalan. Walaupun interaksi kerja memiliki beberapa kendala, seperti: kenaikan harga barang produksi dan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi.
Setelah 8 bulan berjalan, bisnis teman-teman UMKM kini mampu menghasilkan omzet yang dapat diharapkan bermodalkan platform digital. Dari situ, jenjang para pelaku usaha bisa grow-up pelan-pelan. Mereka juga bisa menggaji kembali secara normal para karyawannya.
Industri jual beli online atau e-commerce mampu bertahan di tengah pandemi. Bahkan perkembangan industri ini justru jauh di atas rata-rata.
Di lain kesempatan, CEO Blibli Kusumo Martanto memberitahukan bahwa selama pandemi penjualan produk lewat e-commerce luar biasa tinggi mencapai 5 kali lipat. Utamanya adalah produk-produk rumah tangga atau kebutuhan sehari-hari.
“Tentunya kalau barang-barang kesehatan pasti laku keras. Hand sanitizer, tiba-tiba semua orang menjadi aware bahwa harus hidup sehat dan bersih ini pembeliannya luar biasa. Ada juga kategori yang turun seperti keperluan otomotif utamanya motor,” tandasnya menambahkan.