Halo teman-teman Brand Indonesia dan juga di seluruh dunia! Bagaimana kabar kalian? Semoga teman-teman dalam keadaan sehat dan tetap semangat. Kita berkumpul lagi dalam episode berikutnya untuk membahas topik yang banyak yang mulai bertanya: “Bagaimana membuat brand yang otentik?” Apakah kalian memiliki definisi tersendiri tentang apa itu otentisitas?
Sebelum kita mulai membahas lebih lanjut, jangan lupa untuk memberikan “like” pada video ini dan berbagi dengan teman-teman kalian. Jika ada yang ingin berkontribusi dengan komentar atau pertanyaan, silakan berikan komentar di bawah video ini. Jangan lupa juga untuk berlangganan agar kalian tidak ketinggalan episode selanjutnya.
Pada episode kali ini, Tika Gilang akan menjelaskan mengenai otentisitas brand. Apa itu sebenarnya otentisitas brand? Salah satu definisinya adalah bahwa brand yang otentik adalah brand yang tampil apa adanya. Informasi yang disampaikan kepada konsumen sejalan dengan kenyataan tentang brand tersebut. Tidak ada kelebihan atau kekurangan yang dibuat-buat.
Selain itu, ada pandangan lain yang mengatakan bahwa otentisitas brand adalah upaya dari sebuah brand untuk menjadi jujur dan berkomitmen terhadap tradisi yang dimilikinya. Mereka memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan mereka dari brand lain, tanpa berusaha menjadi sesuatu yang sebenarnya bukan milik mereka.
Otentisitas brand juga mencakup semangat brand tersebut untuk menciptakan produk dan layanan yang tidak hanya bermutu tinggi, tetapi juga tidak merugikan konsumen dan masyarakat penggunanya. Inilah beberapa definisi otentisitas brand yang dapat menjadi landasan dalam pembahasan kita.
Bagaimana cara membangun brand yang otentik? Michael Beverland, dalam bukunya yang berjudul “Building Brand Authenticity: Habits of Iconic Brands,” menawarkan sejumlah kebiasaan yang dapat membantu membangun otentisitas brand. Di antara kebiasaan tersebut, ada beberapa yang mencakup:
– Berbicara atau bercerita tentang brand dengan jujur dan tanpa mengarang cerita.
– Muncul sebagai brand yang mengedepankan aspek seni atau kerajinan tangan (handmade).
– Menjaga kesetiaan terhadap nilai-nilai awal brand.
– Mencintai apa yang dikerjakan.
– Terjun ke pasar yang sesuai dengan nilai dan identitas brand.
– Terlibat dan berkontribusi kepada masyarakat.
– Terakhir, jangan lupakan pentingnya menjadikan karyawan atau pegawai sebagai pencinta brand.
Mereka adalah brand ambassador terkuat. Bayangkan jika karyawan Anda tidak merasa bersatu dengan brand, bagaimana konsumen bisa percaya?
Setiap brand memiliki cerita dan nilai-nilai yang berbeda. Apakah Anda sudah menerapkan beberapa dari kebiasaan di atas? Bagaimana pendapat Anda? Silakan berikan komentar dan pandangan Anda di kolom komentar di bawah.
Terima kasih telah menyaksikan episode ini. Semoga kita telah berhasil menyampaikan informasi mengenai otentisitas brand. Sampai jumpa di episode selanjutnya!