Kantor pos pertama berdiri di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1747. Untuk kepentingan dagang, VOC menjalin komunikasi dengan kota-kota tertentu menggunakan jasa pos. Pengiriman surat dan paket dititipkan pada kereta kuda dan kapal laut milik VOC.
Saat ini setelah sejarahnya yang panjang, PT Pos Indonesia memiliki infrastruktur jaringan terbesar di nusantara. Terdapat 24.000 titik layanan yang menjangkau 100% kabupaten dan Kecamatan, serta 42% Kelurahan, termasuk 940 lokasi transmigrasi terpencil.
Perkembangan teknologi informasi yang cepat dan murah telah mengubah gaya hidup, termasuk perilaku komunikasi jarak jauh masyarakat. Kenyataan saat ini yang dapat dilihat, yakni orang lebih banyak berkomunikasi melalui jaringan telepon genggam, internet, whatsapp, dan berbagai pilihan media sosial.
Tahun 1997, PT Pos Indonesia melayani 725 juta pucuk surat dan paket. Dari jumlah itu 550 juta diantaranya adalah surat dan paket pribadi. Tetapi tahun 2010, jumlahnya anjlok hingga 213 juta pucuk. Hanya 43 juta yang merupakan surat dan paket pribadi, sisanya surat-menyurat dan paket untuk kepentingan korporasi.
Masalah lainnya adalah datangnya pesaing baru. Bertahun-tahun PT Pos Indonesia memonopoli bisnis pengiriman surat dan paket. Tapi kini ada 900 perusahaan swasta yang mencangkul di lahan yang sama. Tapi perusahaan pelat merah ini tetap memiliki pelanggan-pelanggan setia.
Akibat Siklus Ekonomi
Agar dapat bertahan menghadapi perubahan zaman, PT Pos Indonesia kini memiliki 3 anak usaha yaitu: PT Pos logistik Indonesia, PT Pos properti Indonesia dan PT Bhakti Wasantara Net. Selain 3.700 kantor pos online di seluruh Indonesia.
Gara-garanya sempat merugi sebesar kira-kira Rp. 600 miliar sepanjang tahun 2004 hingga 2008. Kemudian perusahaan yang berdiri sejak 1746 ini berhasil membukukan pendapatan Rp. 5,01 Triliun di tahun 2018. Itu berarti pesatnya perkembangan persaingan bisnis pos, menuntut pengelolaan manajemen bisnis secara profesional yang berorientasi pada kemampuan menciptakan nilai tambah.
Kondisi pada gambaran siklus ekonomi tersebut bisa disebut juga dengan disruptive era (era disrupsi). Yaitu era yang penuh gangguan, akibat banyaknya perubahan ekologi bisnis yang sudah tidak lagi linear dengan pengaruh tarik menarik kepentingan. Proses transformasi itu berjalan sangat cepat dengan pola mengacak-acak tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru.
Cakupan perubahannya pun bisa dikatakan cukup signifikan. Mulai dari dunia keuangan dan perbankan, pendidikan, sektor interaksi bisnis, logistik, maupun infrastruktur. Dan kesemuanya memiliki hubungan erat dengan kapabilitas layanan yang kini dimiliki oleh PT Pos Indonesia.
Meraih Gold Winner.
Sebagai bentuk apresiasi kepada perjuangan yang telah PT Pos Indonesia dan mitranya lakukan, pagelaran BUMN Brand Award 2020 menganugerahkan penghargaan Gold Winner untuk kategori “Brand Strength, Social Economy Contribution”.
PT Pos Indonesia yang saat ini sudah berumur 276 tahun dinilai berhasil menjadi penguasa pasar di tengah persaingan yang ketat. Termasuk juga apresiasi atas keberhasilan perseroan memberikan kontribusi sosial ekonomi kepada masyarakat Indonesia, konsisten menjaga kepuasan pelanggan, serta sukses menjadi market leader dan menjaga citra perusahaan.
Berdasarkan dinamika ukuran lain, perseroan dinilai telah menjalankan dengan baik fungsi dan perannya, baik sebagai perwakilan negara di sektor bisnis maupun sebagai korporasi yang mencari keuntungan dengan mempertimbangkan empat aspek, yaitu market dominance, brand strength, customer satisfaction, dan social economy contribution.
Jelas Pak Tata Sugiarta, VP Product Management dan Marketing PT Pos Indonesia (Persero) kepada harian Republika, Kamis (10/1/2020), “Kami merasa terhormat untuk dapat menerima penghargaan ini. Tentunya kami juga berterima kasih kepada para pelanggan, mitra bisnis serta seluruh insan pos atas kepercayaan dan dukungannya yang telah menjadikan Pos Indonesia sebagai salah satu BUMN yang dipercaya telah memberikan kontribusi besar dalam bidang sosial,”
Kunci Sukses PT Pos Indonesia.
Banyak hal, termasuk budaya. Tradisi culture yang mereka miliki adalah culture yang mereka bangun atas landscape industri yang sudah berusia puluhan tahun. Cocok dengan bisnis saat ini yang tidak lagi mengandalkan investasi. Tapi eksistensi aplikasi itu sendiri.
Mereka menawarkan user experience yang jauh lebih baik diantara perkembangan teknologi yang relatif berada di genggaman. Sehingga sisa-sisa peninggalan dengan set rules yang lama secara cepat memiliki relasi intim dengan pertumbuhan kebutuhan masyarakat.
Fokus bisnis PT Pos Indonesia dalam hal ini mengoptimalkan sumber-sumber bisnis baru. Masing-masing anak perusahaan mengembangkan jati dirinya sesuai konsentrasi kerja. Diantaranya ada PT Pos Properti Indonesia yang sejak Desember 2013 melayani bisnis jasa pengelolaan dan penyewaan perkantoran hingga ruang MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), seperti contohnya penyediaan jasa co-working space. di Bandung.
PT Pos Indonesia juga memberikan rekomendasi kredit scoring, sehingga mereka bisa bermain di big data. Kinerja yang dilakukan PT Bhakti Wasantara Net (BWN) ini menyediakan layanan transaksi keuangan, selain melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan teknologi finansial (fintech) diantara pinjaman digital (P2P Lending), maupun perbankan.
Sementara anak usaha yang lain, PT Pos Logistik bekerja bersama Kementerian Perdagangan untuk membantu mempromosikan produk-produk UKM di setiap gerai PT Pos menurut ruang lingkup domestik. Untuk go export, fasilitas mereka juga siap membantu para pelaku UMKM.
Efek penerapan strategi yang matang pada akhirnya tetap menuntut perbaikan internal perusahaan. Restrukturisasi saat ini menjadi proses berkelanjutan dengan dengan fokus perbaikan di bidang kapabilitas infrastruktur, sistem keuangan, strategi marketing, serta pengolahan sumber daya manusia dan organisasi.
Rumus itu membuktikan, sudah banyak perubahan yang terjadi saat ini, sudah banyak inovasi yang mereka buat. Semua itu untuk kepentingan masyarakat. Ada biaya yang memang PT Pos Indonesia persembahkan untuk masyarakat di pedalaman, di pinggiran atau masyarakat kontrakan di pelosok. Namun jumlah fix cost itu tetap mendedikasikan suatu biaya yang sangat terjangkau bagi berbagai kelas di masyarakat.