KITA warga negara Indonesia patut berbangga. Gojek menjadi perusahaan berbasis digital atau financial technology (fintech) pertama asal Indonesia yang menyandang status decacorn.
Dengan dinobatkan menjadi decacorn, artinya Gojek memiliki nilai yang sangat luar biasa. Valuasi Go-Jek sudah menembus angka US$10 miliar. Angka ini setara dengan Rp141 triliun. Dengan demikian Gojek menduduki peringkat ke-19 secara global.
Selain menembus level Decacorn, Gojek juga memiliki jumlah pengguna aktif yang lebih banyak dari pesaingnya. Dari analisa sebuah platform global yang menganalisis penggunaan aplikasi mobile sedunia, jumlah pengguna aktif mingguan Gojek lebih tinggi 1,5 kali.
Gojek sendiri mengutup beberapa media mengklaim aplikasinya sudah diunduh sekitar 125 juta orang, satu juta pengemudi, dan 300 ribu mitra pedagang makanan dan minuman di Indonesia.
Menilik sejarah, Go-Jek didirikan Nadiem Makarim dan teman-temannya pada pada 2010. 10 tahun perjalanan Gojek bergelut untuk menyandang status ini. Selama 10 tahun itu pula Gojek paling banyak beroperasi dan mengeksplorasi pasar Indonesia. Baru-baru ini Gojek menawarkan layanan makanan serta transportasi motor di Vietnam melalui layanan Go-Viet. Selain di Indonesia dan Vietnam, Gojek juga melebarkan sayap di Thailand dengan menawarkan layanan sepeda motor, dan menyediakan layanan mobil di Singapura.
Selama 10 tahun beroperasi, menurut Crunchbase, Gojek sudah 9 kali menggelar putaran penggalangan dana. Setidaknya sudah 24 investor yang menyuntik Gojek dengan total dana yang dihimpun US$3,1 miliar.
Pada 2020, Indonesia bertekad menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Pada akhir 2015, nilai bisnis e-commerce Tanah Air diprediksi US$18 miliar. Pada 2020, volumenya diprediksi akan melonjak jadi US$130 miliar.
Sumber : Media Indonesia / CNBC Indonesia / Viva.co.id