Memasuki era new normal, alfamart semakin tak pernah berhenti berinovasi demi meningkatkan kualitas dan pelayanan bagi pelanggannya. Justru diprediksi cara ini membuat keadaan semakin lebih baik.
Pada akhir 2019 lalu, alfamart membuka toko dengan konsep milenial bernama Alfa-X. Toko Alfa X menyediakan co-working space, meeting room, dan destinasi OK lainnya bagi para startup, mahasiswa, serta pekerja kantor. Banyak visitor yang sudah datang bilang bahwa market place ini akan menjadi salah satu tempat nongkrong paling keren di Indonesia.
- Deket kampus Guna Dharma
- Deket kampus Esa Unggul
- Dekat Kampus Tarumanegara dan Trisakti
Baru ada 3, yang letak kesemuanya dekat banget sama universitas. Wifi dan tempat nongkrong dimanfaatkan secara maksimal oleh visitor melalui interaksi mereka. Kalau mahasiswa biasanya datang ke Alfa X untuk menyelesaikan tesis, skripsi dan tugas-tugas kuliah lainnya. Bagi startup dan karyawan, mereka doyan memperluas net working dari kultur kolaborasi seperti ini.
Dampak virus corona yang hadir pada bulan Maret bukan menjadi masalah yang berarti bagi Alfa X. Walaupun sempat tutup, Alfa X siap mengawal New Normal dengan mengajak masyarakat untuk selalu optimis. Segudang potensi kebutuhan konsumen yang dibarengi dengan adanya influencer dan partner bisnis secara otomatis akan membantu proses promosi.
Sejak pertama kali dibuka sambutannya cukup antusias, terutama bagi kalangan pelajar. Karena konsep desain ruangnya yang milenial banget. Di Alfa-x mereka bukan hanya berbagai ruangan, tapi juga berbagi hobi, aktivitas, dan proyek bersama yang rata-rata menghabiskan waktu 7 jam sehari.
Alfa X ini konsepnya cafe, tapi didalamnya ada groceries. Jadi kalau mau nongkrong doang, fasilitasnya udah lengkap banget. Cuman untuk wifi, koneksitas tersebut dapat terhubung setelah anda spending uang belanja sebanyak Rp. 50 ribu/orang untuk durasi koneksi selama 24 jam.
. . . Alhamdulillah, murah banget tuh ?? dapat free coffee juga lagi
Tapi ngomong-ngomong, kok pengguna Wifi harus bayar 50 K ??
PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk sebagai sang pendiri banyak belajar tentang konsep store dari co-working space yang pernah gagal. Pertimbangan yang juga dipengaruhi oleh ketatnya persaingan bisnis di ranah retail.
Kala itu Seven Eleven sebagai investor asing mengalami kerugian besar, hingga finally hengkang. Salah satu indikasi paling kuat adalah jaringan internet gratis. Padahal pada tahun 2016, outlet ramai dikunjungi oleh pelajar, mahasiwa, sampai orang kantoran. Dan sempat memperoleh laba Rp 21,3 triliun pada kuartal I.
Tapi sebelum tanggal 30 Juni 2017, 7-Eleven menghadapi pola konsumsi masyarakat yang semakin cerdas ketika menggunakan uangnya. Karena udah tahu time-job nya, saat mereka menggunakan koneksi internet, kesempatan tersebut hanya diisi untuk membeli minuman saja, item groceries lainnya kurang diminati oleh pengguna Wifi.
Perspektif yang sangat berbeda tentang sebab musabab kebangkrutan 7-Eleven pun pernah diulas oleh Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto. Dia lebih menilai efek domino ekonomi berasal dari internal perusahaan 7-Eleven sendiri.
Jelasnya di kawasan Senayan (26 Juni 2017), “7-Eleven merupakan perusahan ritel swasta yang memiliki beberapa pemegang saham. Perusahaan swasta memang lebih berdinamika lantaran perbedaan tata kelola dari tiap-tiap pemegang saham. Baik dari sisi rencana bisnis, rencana manajemen, hingga orientasi pasar.“