Bankitwangi merupakan perusahaan teh yang berdiri sejak 2015 akhir. Tapi, sejak tahun 2007, akselerasi merek ini telah menjadi top of mind terkait dengan produk single origin tea, hingga campuran dari warisan klasik dan tisane melalui perkebunan teh yang telah bersertifikat organik.
Religiusisme alam Cianjur membawa berkah bagi tanaman teh yang mereka tanam. Letak perkebunan itu membentang cerah secara strategis, karena berada di Kampung Citambur, Desa Karang Jaya, Cianjur, Jawa Barat. Yang selanjutnya hingga sekarang bertransformasi menjadi produsen, meliputi proses blending, serta pengemasan.
Dataran tinggi yang dingin adalah ekosistem ideal untuk pertumbuhan tanaman teh produksi PT Bukit Sari (Bankitwangi). Tanaman teh diolah menggunakan prinsip teh tradisional. Semua teh ditanam, di panen dan di kemas langsung di perkebunan, sebelum didistribusikan kepada penikmat teh di seluruh dunia. Hal itu mengimplikasikan bahwa pemetikan manual lebih efisien dibandingkan menggunakan peralatan mesin
Kegiatan pemetikan dilakukan selama 3x sehari. Daun teh yang dipetik hanya yang memenuhi standar atau mutu 65. Yakni 1 pucuk peko dengan 2 daun muda atau 3 daun muda. Ini dikarenakan semakin muda daun, maka semakin tinggi kandungan theobromine, theophylline, polyphenol dan antioksidan.
Penimbangan dilakukan 3x untuk menjaga kesegaran daun teh. Setelah dilakukan penimbangan, daun-daun teh ini dibawa menuju pabrik teh. Pada proses ini daun-daun teh dilayukan hingga mencapai kadar air sebanyak 75 sampai 80%. Setelah itu daun teh udah siap diproduksi.
Guna menjaga kualitas teh, PT Bukit Sari rajin memperbaiki tanaman dengan meningkatkan pemupukan, kerapatan, dan pembasmian gulma, serta membersihkan kandungan residu kimia di dalam tanah. Langkah itu terbukti signifikan untuk dapat menaikkan produktivitas menjadi 2 ton per hektar untuk masa bakti 1 tahun.
“Untuk teh organik biasanya memang sama sekali tak memakai bahan kimia, seperti pestisida dan lain sebagainya. Tehnya sendiri akan mencari makanan dari tanah, dan kebetulan perkebunan sudah ada sejak 1920. Banyak pohon-pohon sudah tua, akarnya cukup panjang, sehingga mereka mencari makanan dari sumber yang lebih bersih, sehingga rasa tehnya akan lebih manis,” terang Ronald Goenawan, Founder Bankitwangi kepada Liputan 6.
Realisasi di Balik Kualitas.
Mari kita banyak belajar tentang menyeduh teh dari Bankitwangi. Mereka mengikuti lomba untuk menyajikan kreasi teh yang terinspirasi dari teknik Master Teh Cina asal Yunan. Ramuan dan hidangan teh yang mereka masak dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga manfaat bagi terapeutik dan pencernaan akan kandungan teh itu sendiri.
Dalam berbagai kompetisi yang diikuti di Jepang, Australia, dan Perancis, produksi PT Bukit Sari memenangkan semua penghargaan karena rasanya yang dinilai beraroma khas. Jenis Black Tea, selain imperial black tea, dan teh putih membawa para juri kepada sebuah perjalanan yang panjang berkat konsep spicy, aroma kayunya, rasa manis madu, citrus, dan floral yang cantik. Teksturnya pun kuat, tanpa mendominasi keseluruhan rasanya yang original.
Tingginya tingkat permintaan setelah itu, membuat produk olahan (Bankitwangi) dikenal meluas sampai ke dunia internasional. Banyak dijumpai juga di berbagai hotel berbintang dan gerai ritel di kota-kota besar, seperti Jakarta. Apresiasi terhadap teh dan ritual minum yang meningkat membuat bisnis High Tea of Bankitwangi semakin dilirik pengusaha teh asing.