Di masa pandemi, pemilik bisnis dan para operatornya harus benar-benar mampu mengatur biaya dan menciptakan nilai untuk memperoleh laba. Sungguh penyakit jenis ini memberikan tantangan dan mendatangkan kerentanan baru bagi produsen di seluruh dunia.
Gangguan serius pada rantai pasokan dan perubahan permintaan yang tajam, hingga kekurangan material secara tiba-tiba, membuat para produsen pun bergulat untuk bisa beradaptasi dengan perubahan. Mereka sangat terpukul oleh langkah-langkah penanganan Covid-19, seperti melakukan pembatasan jarak dan komunikasi sosial, yang kerap diperpanjang.
Namun korespondensi tersebut memberikan peluang bagi para produsen yang berfokus pada tenaga kerja dan merekapitulasi kembali kemampuan operasionalnya. Mereka semakin serius menjaga produksi agar tetap berjalan, sekaligus mematuhi langkah-langkah dan peraturan yang ada, tanpa mengorbankan sektor efisiensi biaya.
Survei yang dilakukan Danareksa Research Institute (DRI) terhadap pelaku usaha dari berbagai sektor menemukan terjadi perubahan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang signifikan dalam 6 bulan terakhir sejak pandemi menerpa Indonesia. Sebesar 27% pelaku usaha telah mulai memaksimalkan pemanfaatan internet dan TI untuk pemasaran, sedangkan 15% mendiversifikasikan usahanya, dan 5% beralih ke sektor yang berbeda.
Adaptasi Digital Kala Pandemi.
Meningkatnya penggunaan pembayaran digital ini disebabkan oleh semakin meroketnya minat belanja online oleh masyarakat. Kemudahan penggunaan transaksi digital dinyatakan sebagai point plus bagi konsumen, karena tidak ada sentuhan fisik dengan uang tunai.
“Sektor yang mulai menggunakan online marketing adalah jasa pendidikan 19,40 persen, industri pengolahan 7,90 persen, dan perdagangan 7,30 persen,” ungkap DRI’s Pulse Check edisi Oktober 2020.
Percepatan adopsi digital ini mengubah lanskap bisnis, sehingga menuntut banyak pelaku usaha untuk secepatnya beradaptasi dengan kondisi pasar. Konsumen yang berevolusi juga merasakan koreografi aktivitas yang lebih cepat saat menggunakan perangkat telepon pintar dan laptop ketika melakukan transaksi pembayaran.
Setelah masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dibuka oleh pemerintah beberapa hari lalu, pelaku usaha menyambut baik inisiatif tersebut. Selain menggunakan media mainstream untuk bisnisnya, pelaku usaha juga beradaptasi melalui beberapa hal. Tercatat sektor yang melakukan diversifikasi antara lain, industri pengolahan sebesar 21,97 persen, akomodasi 19,88 persen, dan perdagangan 16,71 persen. Sedangkan 5 persen pelaku usaha beralih ke sektor usaha yang berbeda.
Pun hasil survei juga menunjukkan adanya angka signifikan tentang menurunnya pendapatan pada sektor-sektor tertentu. Kendati demikian, mayoritas masyarakat Indonesia saat ini sudah mampu beradaptasi dengan rutinitas baru dan siap bergerak maju di era new normal.