Kita sudah bahas sebelumnya apa itu marketing myopia dan mengapa itu adalah sesuatu yang harus dihindari. Kali ini kita akan membicarakan hal – hal yang harus diingat untuk menghindari kondisi tersebut.
Mengerti Pembeli Anda dan Buyer’s Journey Mereka
Artikel sebelumnya, kita telah membicarakan buyer’s journey, tetapi agar semuanya ingat saja, buyer’s journey adalah proses yang dialami oleh pelanggan potensial kita sebelum membuat keputusan untuk membeli (atau untuk tidak) produk kita. Dengan mengerti pembeli kita dan mengerti proses yang mereka lalui sebelum membuat keputusan, kita bisa menghindari marketing myopia.
Contoh yang diberikan sebelumnya adalah mengenai Kodak. Kodak mengalami marketing myopia karena mereka melupakan bahwa pelanggan – pelanggan mereka hanya ingin sebuah metode untuk merekam memori mereka. Karena Kodak melupakan hal tersebut, mereka tidak menjual kamera digital, bahkan berusaha untuk menyembunyikan penemuan tersebut. Pada akhirnya, mereka menjadi korban marketing myopia dan mengalami kejatuhan yang drastis.
Bila Kodak betul – betul mengerti pembeli mereka dan proses yang mereka jalani sebelum membuat sebuah keputusan, mereka akan menyadari bahwa apa yang pembeli mereka cari adalah cara untuk merekam memori mereka saja, dan untuk melakukan hal tersebut mereka akan mencari cara yang paling mudah untuk digunakan. Pastinya, penggunaan kamera digital merupakan metode yang jauh lebih mudah dari kamera analog. Bila Kodak mengenal pembeli mereka dan buyer’s journey mereka, mereka akan menjual kamera digital.
Jangan Berhenti Berkembang
Sesuatu yang berhasil di masa lampau bahkan masa sekarang, belum tentu akan berhasil selamanya. Inilah yang harus kita ingat. Menggunakan contoh sebelumnya, Kodak sangat yakin bahwa menjual kamera analog adalah taktik yang akan selalu berhasil karena mereka telah melakukannya selama hampir 100 tahun, dan karena keyakinan tersebut mereka berhenti berkembang. Menjual kamera analog adalah taktik yang telah terbukti berhasil, dan bahkan setelah mereka menemukan kamera digital, keputusan untuk terus menjual kamera analog masih merupakan taktik yang bagus. Namun, karena Kodak berhenti melakukan perkembangan, lama – kelamaan kompetitor mereka yang masih berkembang mengalahkan mereka. Walau di situasi Kodak, hal yang menghancurkan mereka adalah karena kompetitor mereka terus berkembang, kita juga bisa terkena marketing myopia bahkan bila kompetitor kita tidak berkembang. Contohnya adalah bila tren – tren di industri berkembang (secara teknologi, ekonomi, maupun sosial), karena itu dalam situasi apapun, sebuah bisnis tidak boleh berhenti berkembang. Satu – satunya hal yang konsisten dalam kehidupan adalah bahwa hidup itu tidak pernah konsisten; kita harus selalu berkembang. Meskipun kita harus selalu berkembang, tetapi jangan berubah demi perubahan; berkembanglah dengan cara yang tidak akan mengasingkan pelanggan – pelanggan anda. Karena itu, maka kita harus mengikuti tip #1, yaitu untuk mengerti pembeli kita dan buyer’s journey mereka.
Jangan Takuti Brand Cannibalism
Brand Cannibalism adalah situasi dimana sebuah brand dari bisnis yang sama saling memakan pangsa pasar. Walau kegagalan Kodak adalah karena beberapa hal, tetapi alasan utamanya adalah karena mereka takut bahwa bila mereka menjual kamera digital, penjualan kamera tersebut akan memakan pangsa pasar kamera analog. Untuk berkembang, kita tidak boleh takut akan brand cannibalism; penjualan kamera digital mungkin akan memakan pangsa pasar kamera analog, namun penjualan tersebut juga akan membuat pasar baru yang akan menarik pelanggan – pelanggan yang tadinya tertarik untuk menggunakan kamera tetapi tidak cukup terampil untuk menggunakan kamera analog. Yang pastinya, brand cannibalism tidak harus selalu bagus; bila tindakan tersebut tidak menghasilkan pasar baru atau bahkan pendatang baru maka brand cannibalism akan menjadi kerugian bersih (karena penjualan produk/brand baru akan melibatkan biaya berhubungan dengan R&D dan sebagainya). Hal yang penting adalah untuk mengerti pembeli kita, buyer’s journey mereka, dan juga kondisi pasar kita.
Dengarkan Para Ahli
Apalagi dengan dunia digital sekarang, ada banyak sekali website, blog, dan komunitas yang berdedikasi untuk mengkoleksi data dan menganalisa perubahaan yang terjadi di dunia ini. Walau penting untuk tidak terlalu mengandalkan data yang diproyeksi, harus diingat bahwa ada banyak sekali ahli yang telah mendedikasikan waktunya untuk mengerti tren – tren pasar, baik secara ekonomi, teknologi, maupun sosial. Sebagai pebisnis, kita harus dengarkan para ahli – ahli ini, agar dapat mengantisipasi perubahaan – perubahaan yang dapat terjadi di pasar yang kita huni.
Marketing myopia adalah sesuatu yang harus dihindari oleh segala macam bisnis. Saya harap dengan pengenalan konsep marketing myopia dan tips – tips yang dijabarkan diatas, kita semua bisa menghindari kondisi yang mematikan tersebut.